Sabtu, 19 Desember 2009

Salah dalam Menyikapi Tahun Baru Hijriyah

Sebentar lagi kita akan memasuki tanggal 1 Muharram 1430 H. Seperti kita ketahui bahwa perhitungan awal tahun hijriyah dimulai dari hijrahnya nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena hijrah beliau adalah garis pembatas antara yang hak dan yang batil.
Dalam menghadapi tahun baru hijriyah ini, sebagian kaum muslimin salah dalam menyikapinya. Mereka tidak mau mencukupkan diri dengan ajaran nabi. Padahal Ibnu Mas’ud mengatakan pada kita:
ITTABI’U WA LAA TABTADI’U FAQOD KUFITUM, KULLU BID’ATIN DHOLALAH (Ikutilah ajaran nabi. Janganlah kalian membuat bid’ah. Ajaran Nabi sudah cukup bagi kalian. Ketahuilah bahwa setiap bid’ah adalah sesat).(Diriwayatkan oleh Ath Thobrony).
Beberapa kekeliruan inilah yang kita akan bahas pada posting yang cukup singkat ini. Semoga Allah memudahkan urusan ini.

KEKELIRUAN PERTAMA: Mengamalkan do’a awal dan akhir tahun

Amalan seperti ini sebenarnya tidak ada tuntunannya sama sekali. Amalan ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat, tabi’in dan ulama-ulama besar lainnya. Amalan ini juga tidak kita temui pada kitab-kitab hadits atau musnad. Bahkan amalan do’a ini hanyalah karangan para ahli ibadah yang tidak mengerti hadits.
Bahkan yang lebih parah lagi, fadhilah atau keutamaan do’a ini sebenarnya tidak berasal dari wahyu sama sekali, bahkan yang membuat-buat hadits tersebut telah berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya.
Jadi mana mungkin amalan seperti ini diamalkan. Amalan do’a ini termasuk perkara yang harus dijauhi oleh setiap muslim. Karena ingatlah bahwa kita hanya punya satu nabi yang harus diikuti. Jika amalan ini disyariatkan oleh seorang ulama, kyai atau ustadz, maka ketahuilah bahwa setiap perkataan manusia harus kita tolak jika bertentangan dengan ajaran nabi kita. Itu yang harus kita ingat.

KEKELIRUAN KEDUA: Puasa awal dan akhir tahun

Amalan puasa ini juga tidak ada tuntunannya sama sekali. Bahkan hadits yang menjelaskan fadhilah atau keutamaan amalan ini adalah hadits dari para pendusta dan pemalsu hadits, sebagaimana dikatakan oleh Imam Al Fatani dalam Tadzkiratul Maudhu’at.
Jadi, amalan seperti ini tidak perlu diamalkan karena tidak ada tuntunannya.

KEKELIRUAN KETIGA: Merayakan Tahun Baru Hijriyah

Sikap seperti ini dalam menyambut tahun baru hijriyah juga suatu kekeliruan. Perbuatan semacam ini cuma sekedar meniru-niru orang kafir yang merayakan tahun baru masehi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri bersabda pada kita:
MAN TASYABBAHA BIQOUMIN FAHUWA MINHUM. (Barangsiapa yang meniru suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka). (HR. Abu Daud. Syaikhul Islam mengatakan: sanadnya jayid).
Jadi tidak perlu mengadakan pengajian yang dipas-pasin dengan tahun baru hijriyah, untuk memperingati hari tersebut. Begitu pula tidak perlu bersengaja makan-makan, menyalakan lilin atau lampu dari biasanya. Ini semua adalah perbuatan meniru orang Nashrani yang merayakan tahun baru masehi dengan menyalakan lilin, membuat makanan dan bernyanyi ria.
Seorang muslim tidak boleh mengikuti jejak mereka,tidak boleh meniru-niru mereka walaupun dalam hati tidak ada niat meniru mereka. Karena ingatlah bahwa larangan meniru orang kafir tetap berlaku, baik dengan niat mengikuti mereka ataupun tidak. Ingatlah hal ini.
Dan juga perlu diperhatikan bahwa merayakan tahun baru hijriyah tidak pernah dilakukan oleh Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali dan sahabat lainnya. Padahal mereka adalah orang yang semangat dalam beramal dan semangat dalam mengikuti ajaran nabi. Namun kenapa mereka tidak melakukan perayaan ini? Karena memang perayaan seperti ini hanya meniru-niru orang kafir dan tidak ada tuntunannya sama sekali.

“LAU KANA KHOIRON LASABAQUNA ILAIH” (Seandainya hal itu baik, tentu mereka, para sahabat akan mendahului kita dalam melakukannya).

“Ikutilah jalan kebenaran, walaupun sedikit orang yang menitinya dan jauhilah jalan kebinasaan, sekalipun banyak orang yang mengikutinya”, itulah untaian kata yang sangat indah dari Fudhail bin Iyadh.

Jadi menghidupkan tahun baru hijriyah bukanlah dengan melakukan hal-hal di atas. Cukuplah nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai contoh kita. Apa yang beliau tidak amalkan, itu juga adalah sunnah (ajaran) beliau dan patut kita contoh.

Menyambut tahun baru hijriyah bukanlah dengan memperingatinya. Namun sudahkah kita mencintai dan menggunakan kalender hijriyah, itulah yang harus kita ingat baik-baik pada saat ini.
Marilah kita menggunakan kalender hijriyah dalam setiap tulisan dan aktifitas kita. Itulah yang mulai dilupakan kaum muslimin di tahun baru ini. Pasti di antara kita tidak tahu sekarang tanggal berapa hijriyah?

Semoga Allah memberi kekuatan di tengah keterasingan.

Salah satu rujukan: Majalah Qiblati edisi 4/III

Penyusun: Muhammad Abduh Tuasikal, ST
(rumaysho)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar