Kamis, 24 Desember 2009

Etika Menjenguk Orang Sakit

Oleh Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz bin Baz

Etika Menjenguk Orang Sakit

•Untuk orang yang berkunjung (menjenguk)

1. Hendaknya tidak lama di dalam berkunjung, dan mencari waktu yang tepat untuk berkunjung, dan hendaknya tidak menyusahkan si sakit, bahkan berupaya untuk menghibur dan membahagiakannya.

2. Hendaknya mendekat kepada si sakit dan menanyakan keadaan dan penyakit yang dirasakannya, seperti mengatakan: “Bagaimana kamu rasakan keadaanmu?”. Sebagaimana pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam.

3. Mendoakan semoga cepat sembuh, dibelaskasihi Allah, selamat dan disehatkan. Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu telah meriwayatkan bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam apabila beliau menjenguk orang sakit, ia mengucapkan, “Tidak apa-apa. Sehat (bersih) insya Allah”. (HR. Al-Bukhari). Dan berdo`a tiga kali sebagaimana dilakukan oleh Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam.

4. Mengusap si sakit dengan tangan kanannya, dan berdoa:
“Adzhibilba'sa robban naasi, isyfi antasy-syafi la syifa'a illa syifa'uka, syifa'an la yughadiru saqamaa.” Artinya, “Hilangkanlah kesengsaraan (penyakitnya) wahai Rabb bagi manusia, sembuhkanlah, Engkau Maha Penyembuh, tiada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit”. (Muttafaq’alaih).

5. Mengingatkan si sakit untuk bersabar atas taqdir Allah Subhannahu wa Ta'ala dan jangan mengatakan “tidak akan cepat sembuh”, dan hendaknya tidak mengharapkan kematiannya sekalipun penyakitnya sudah kronis.

6. Hendaknya mentalkinkan kalimat Syahadat bila ajalnya akan tiba, memejamkan kedua matanya dan mendoakan-nya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda, “Talkinlah orang yang akan meninggal di antara kamu “La ilaha illallah”. (HR. Muslim).

Untuk orang yang sakit

1. Hendaknya segera bertobat dan bersungguh-sungguh beramal shalih.

2. Berbaik sangka kepada Allah, dan selalu mengingat bahwa kita sesungguhnya adalah makhluk yang lemah di antara makhluk Allah lainnya, dan bahwa sesungguhnya Allah Subhannahu wa Ta'ala tidak membutuhkan untuk menyiksanya dan tidak membutuhkan ketaatannya

3. Hendaknya cepat meminta kehalalan atas kezhaliman-kezhaliman yang dilakukan olehnya, dan segera membayar/menunaikan hak-hak dan kewajiban kepada pemiliknya, dan menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.

4. Memperbanyak zikir kepada Allah, membaca Al Qur’an dan beristighfar (minta ampun).

5. Mengharap pahala dari Allah dari musibah (penyakit) yang dideritanya, karena dengan demikian ia pasti diberi pahala. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda, “Apa saja yang menimpa seorang mu’min baik berupa kesedihan, kesusahan, keletihan dan penyakit, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah meninggikan karenanya satu derajat baginya dan mengampuni kesalahannya karenanya”. (Muttafaq’alaih).

6. Berserah diri dan tawakkal kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dan berkeyakinan bahwa kesembuhan itu dari Allah, dengan tidak melupakan usaha-usaha syar`i untuk kesembuhannya, seperti berobat dari penyakitnya.

1 komentar: