Rabu, 06 Januari 2010

YATIM dan yg di-YATIM-kan

Anak adalah ibarat kertas kosong putih bersih, yg siap utk ditulisi apa saja. Menurut Kahlil Gibran, anak diibaratkan sbg anak panah dan orang tua diibaratkan sbg busurnya, yg akan melepaskan kemana arah anak panahnya akan dilepaskan. Dengan arah tujuan dan sasaran yg tepat, sang busur melepaskan anak panahnya dengan penuh harap, meski kadang meleset dari sasaran yg dituju.

Anak yatim adalah anak yg ditinggal mati oleh orang tuanya, dan dengan pemahaman diatas, maka anak yatim diibaratkan anak panah yg tidak ada busurnya, sehingga tdk ada yang akan melepaskan kemana arah tujuannya. Anak yatim, cenderung berperilaku negatif, stagnan dan tidak punya arah tujuan yg jelas.

Di dalam ajaran islam, anak yatim sangatlah dimuliakan, sehingga seorang muslim yg menghardik anak yatim saja dapat digolongkan sebagai orang yg Mendustakan Agama, apalagi kalau sampai memukulnya, Subhanallah. Setiap muslim diwajibkan untuk menyantuni dan mengasihi anak yatim, apalagi di bulan2 Muharam seperti sekarang ini, kepedulian umat islam terhadap anak yatim begitu besar.
Rasulullah-pun sangat mencintai anak yatim, hal ini bukan semata-mata karena beliau dilahirkan sbg yatim, tetapi hal ini ditekankan sebagai tanggung jawab pengganti dari orang tuanya, yg dibebankan pada umat islam lainnya.

Berbeda sekali kejadiannya dengan anak-anak yg ditinggal pergi orang tuanya, yg diakibatkan oleh perceraian, sang anak cukuplah dititipkan pada eyang atau simbahnya. Apalagi kalau sang orang tua sudah berumah tangga kembali, mereka akan sibuk dengan urusannya sendiri2, sedangkan sang anak hasil perceraian tadi cukup utk dilupakan. Ada kata-kata yg tersirat, "Selamat Tinggal nak, Carilah jalan hidupmu sendiri, tentukanlah nasibmu atas langkahmu, karena kami tak sempat memikirkanmu".
Anak Yatim SAYANG,
Anak di-yatim-kan MALANG.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar